Berawal Dari Kabar Pernikahan Awal-Awal
Teman yang menikah sudah biasa. Kalau lebih dari sekedar teman menikah itu juga biasa. Pacar temen menikah dengan yang lain juga biasa. Tapi, kalau temen dari TK dan berteman hingga sekarang yang pernah macarin mantan kita dan calon istrinya pun pernah ikut-ikut dideketin teman yang lain itu akan menikah... baru luar biasa.
Pada hari akhir bulan November, aku duduk santai dikamar sembari mengulas informasi dan menikmati kopi. Biasa sih, hidup di awal perantauan tak lepas dari menjadi anak rumahan. Salah satu teman datang ke kota kembang tempat aku mengadu nasib. Ia lalu membawa kabar untukku.
Di sela keremangan nuansa warung kopi klasik, berjanjilah kita bersama, bernostalgia. Dengan logatnya yang sangat tidak terhormat namun patut disegani, Johan, temanku ini mengajakku pulang ke Aceh. Kota yang hampir kulupakan bahwa masuk dalam teritorial Indonesia. Ups.. sorry kecolongan isu berita kemarin.
Aku tergelak seketika. Mendukung kabar dari Johan, teman dari TK -sebut saja Afdhal- menelponku mengabarkan acara pernikahannya yang tak lebih dari seminggu lagi. Itulah yang membuat soreku dilanda kegalauan atau kebahagiaan antara harus pulang hingga kecemburuan melawan kepasrahan. Dibalik itu, aku bahagia dan bangga menjadi temannya.
Cerita punya cerita, sehari setelah tiket kupesan. Iseng-iseng buka media sosial Path. Media online yang sangat menarik antusiasku atau barangkali keakraban dan kenarsisanku yang sedikit berlebihan. Check in, sedang mendengarkan, curhatan, bangun atau tidur, posting foto. Hal-hal yang mendekati penyakit autis level rendah. Aku berusaha mencari kebenaran dari manfaat secara keseluruhan. Selain itu, kelucuan yang gak ku sepelekan adalah menemukan seorang yang mengesankan dari iman dan pikiran. Cinta tumbuh saat itu. Mulailah perkenalan.
Pesawat landing pada sore hari. Umiku dipastikan tak sebanding dengan apa pun yang dikatakan oleh seluruh manusia yakni setia, sayang, dan perhatian sudah menungguku di depan pintu kedatangan. Di sepanjang jalan ia bercerita tentang rencananya untuk mengikuti program-program yang membuatku geli. Asal Umi sudah ikhtiar dan yakin, aku pasti mendukung.
Beberapa hari berikutnya Acara Afdhal yaitu Akad Nikah. Diadakan di rumah pengantin perempuan atau Dara baro. Ia berpakaian putih klimis dan bijaksana bak raja samudera hindia. Afdhal menggugah mata para saksi ketika mengucap kata sakral itu. Di depan TV kami mengatakan Salah atau Tidak salah lagi dari dalam hati. Tapi untung semua berjalan lancar.
Cerita punya cerita, pendekatan awal semakin kuning. Lampu hijau kini menyala. Kuning hilang dan merah merona. Aku mulai memiliki perasaan yang kian berarti padanya. Aku harap saat itu semua akan baik-baik saja sepulangku dari kota kelahiran. Toh, kita juga berada pada satu pulau. Aku yakin akan itu.
Acara akbar yang mengagungkan kemegahan dan bermakna silaturrahim diadakan di sebuah gedung. Gedung ini mampu menampung angka seribu dalam satu. Pertemanan yang erat terlihat dari kedatangan tamu spesial yang berasal dari luar kota, provinsi bahkan negara lain. Walaupun begitu, mereka juga ingin merasakan reuni yang jarang atau bahkan sudah lama. Ternyata keseruan mereka terbukti dari tawa yang tak terhenti dan peluh yang mengucur.
Akhirnya aku menyelesaikan misi kesetiaan dan menghempaskan kecemburuan. Kepasrahan kini tinggal pada waktu yang menentukan, kapankah aku akan menyusulnya. Semua orang jombol dan lajang merasa sama. Untung aja aku memiliki satu abang di atasku yang juga merasakan itu. Semoga mereka (Afdhal dan Desi) menjadi pasangan sehidup semati dan Samawa (Sakinah Mawaddah Warohmah).
Dari pergulatan hidup sosial dan berumah tangga di atas, sebenarnya pertama kalinya bagiku menceritakan suatu hubungan sejauh ini. Sampai daun bertangkai dan berbuah akar, pun kisah di atas juga bakal ada yang ngikutin karena perihal jomblo, lajang, memulai, dan menduda itu gak pernah dilenyapkan oleh zaman.
Ohh mak eeee.. Doni lagi galau mengguritaaa... andaikan kolom ini bisa cc semua anak FLP, udah abg cc semua penghuni FLP disini. hahahaha
BalasHapusWahh.. Abang ni lah.. Ini persembahan buat afdhal bang.. Jangan macam-macam abang yaaa... Abang ntar klo udah sama "tandakutip" mungkin doninjuga punya cerita lain buat abang.. Hehehehe... Luar biasa abang ya
BalasHapusWaaah.. baguus don. Pinter bgt nulis cerita. Saingan asma nadia nih. Aq tunggu buku doni yaaa :) #amiiiiin..
BalasHapusbagus ceritanya... sukses terus yah untuk karyanya...
BalasHapus