Tamasya Keluarga
Pada tahun 1995 hingga 1998. Kecamatan syiah kuala, Aceh
menjelang sore hari.
Dari halaman perumnas rawa sakti berbentuk grid, tampak
sesosok mobil Taft hijau lumut tegar meluncur dari sebuah gang urutan ke 7.
Dengan sabar laun menyapa udara pinggir kota, berputar ringan dengan roda
mengukir legam aspal jalan berpasir. Sesekali terdengar bunyi klakson dari
kendaraan itu disambut ramah senyuman tetangga sembari meletakkan telunjuk pada
dahi mereka. Taft ukuran besar kemudian berbelok ke arah timur mengarah ke tugu
Pena kota pendidikan Daerah istimewa aceh, saat itu.
Di dalam mobil Taft warna hijau lumut tampak ada lima
orang penumpang. Sepasang suami-istri dan 3 anak laki laki yang baru
berusia 8 tahun, 6 tahun dan 5 tahun. Bila lebih diteliti tak salah juga
sekiranya si ibu mengandung anak yang ke 4 sehingga kita sebut mereka ber 5
setengah. Sungguh keluarga yang bahagia dan besar masa itu.
Ditetapkan dalam bahtera cinta, Muhammad Yasir Dahruddin dan
Nurbaiti. Sedangkan anak pertamanya, Rizki Putra Phonna. Anak keduanya, Doni
Daroy lalu disusul anak ketiga, Reza Syah Putra.
Di kalangan warga Rawa sakti, Yasir dikenal sebagai tokoh
gampong alias orang yang dihormati, tepatnya penyumbang aspirasi dan
partisipasi donasi di seputar wilayah kecamatan syiah kuala dengan statusnya
Pengusaha. Cukup terpandang memang di masa mereka mendiami rumah yang baru saja
dibangun dengan pondasi menakjubkan.
Tak berapa lama kemudian saat mobil Taft berseliweran di
tengah kota, tibalah mereka di sebuah taman persis di sebelah Alun-Alun mesjid
Raya Baiturrahman yang megah. Taft itu mencari parkiran yang masih kosong di
jam puncak senyuman cahaya mentari sore. Menyinari rerumputan hijau, berbinar
menjadi dataran taman bermain semarak ayoman pepohonan tinggi si buah asem.
Ramai permai nuansa kota dan si keluarga tertawa meriah, memutari jejak merekam
pertumbuhan anak anak yang masih balita.
Rupanya hari libur itu digunakan Sosok orang aceh memanjakan
anak mereka dengan wahana taman nan sari. Lekukan pelosotan, box tiang
berlubang, ayunan, dan bantaran rerumputan hijau menjadi tempat terbaik pilihan
seorang seperti Yasir membahagiakan ketiga putranya.
Keriuhan suasana keluarga tidak diciptakan di sana saja.
Dengan puluhan pengunjung yang hadir. Pernak pernik pencari rezeki juga ikut
hadir memeriahkan sore itu. Terompet, balon, topeng, layangan dan mainan kayu
atau atom yang menyerupai hewan lucu juga dijajal untuk menambah warna warni
keceriaan.
Pun tak terkecuali dari ketiga anak Yasir, Rizki, Doni dan
Reza.
Ketiga anak yang dibilang memiliki karakter sangat berbeda
diantaranya, Rizki dengan panggilan Kiki. Si sulung itu sangat aktif dan gemar
bertanya segala yang ditemui. Rambutnya yang lurus berponi sering menjahili
adiknya Reza yang paling kecil saat itu. Wajar saja reza yang memiliki badan
tipe montok memang mudah terpancing emosi dan air mata. Berbeda dengan Doni
yang lebih suka diam dan mengamati, juga mengikuti kiki menjahili Reza atau
menginginkan apa yang Kiki miliki.
Seraya tertawa, Kiki mengejek reza di atas Bak tinggi yang
tepat di depannya memanjang lekukan media peluncuran yang disebut pelosotan.
Reza histeris ingin berada di sana dan doni sedang berusaha menggapai satu
persatu anak tangga di belakang Kiki, berfantasi seolah sembari aliran peluh
bercak menaiki tangga tembok china.
Saat Kiki meluncur gesit ke bawah hingga menyentuh
rerumputan, sumringah Ikut tawanya seorang Ayah yang mengakui bangganya. Walau
Nurbaiti sempat menghela nafas akhir rasa khawatirnya. Dan Reza menutup mata
tanda melepas dahsyat kucuran air tangis seorang anak yang masih balita.
Mata Doni tampak tajam melihat arah sekitar. Kakaknya Kiki
sudah tidak ada. Pikirnya sudah maju ke babak permainan selanjutnya. Terlihat
Nurbaiti melambai tertuju pada Doni karena khawatirnya Doni tidak bisa seperti
Kiki atau hanya sama saja juga akan membuat Nurbaiti takut.
authenticmentoring.wordpress |
Lahirnya Putri
pertama - Part I
Sungguh Acara Tamasya taman kota yang amat mengesankan.
Beberapa bulan kemudian atau genap setahun, Yasir mengajak
reza ke rumah sakit Harapan Bunda, Banda Aceh, untuk menengok Ibunya yang baru
saja melahirkan. kedua anak lainnya saat jam sekolah hanya tahu bahwa
sepulangnya belajar, mereka akan segera bertemu sosok adik baru. Untuk pertama
kalinya seorang cewek.
Reza diminta ibu dan ayahnya untuk memberikan nama yang
cocok kepada adiknya. Nama di pertama sudah diberikan ayahnya. Untuk mencari
nama bagian belakangnya Reza berfikir keras seperti saat ia berfikir cara
memakai dasi atau kaos kaki setiap pagi.
"Febrina", teriak reza. "Fitra Febrina",
berulangkali membuat Ayah dan ibunya sumringah dan saling bertatap mata. Cinta
baru tumbuh di hari itu. Teriak tangis bahagia dari si bayi Fitra mengisi hari
itu. Reza terlihat bangga dan berputar ke sana kemari tanda ia melakukan
pekerjaan besar.
……Bersambung…..
0 komentar:
Posting Komentar