Popular Post
Loading...
Kamis, 09 April 2015

Lingkaran Part #1

03.15


Tamasya Keluarga

Pada tahun 1995 hingga 1998. Kecamatan syiah kuala, Aceh menjelang sore hari.

Dari halaman perumnas rawa sakti berbentuk grid, tampak sesosok mobil Taft hijau lumut tegar meluncur dari sebuah gang urutan ke 7. Dengan sabar laun menyapa udara pinggir kota, berputar ringan dengan roda mengukir legam aspal jalan berpasir. Sesekali terdengar bunyi klakson dari kendaraan itu disambut ramah senyuman tetangga sembari meletakkan telunjuk pada dahi mereka. Taft ukuran besar kemudian berbelok ke arah timur mengarah ke tugu Pena kota pendidikan Daerah istimewa aceh, saat itu.

Di dalam mobil Taft warna hijau lumut tampak ada  lima orang penumpang. Sepasang suami-istri dan  3 anak laki laki yang baru berusia 8 tahun,  6 tahun dan 5 tahun. Bila lebih diteliti tak salah juga sekiranya si ibu mengandung anak yang ke 4 sehingga kita sebut mereka ber 5 setengah. Sungguh keluarga yang bahagia dan besar masa itu.

Ditetapkan dalam bahtera cinta, Muhammad Yasir Dahruddin dan Nurbaiti. Sedangkan anak pertamanya, Rizki Putra Phonna. Anak keduanya, Doni Daroy lalu disusul anak ketiga, Reza Syah Putra.

Di kalangan warga Rawa sakti, Yasir dikenal sebagai tokoh gampong alias orang yang dihormati, tepatnya penyumbang aspirasi dan partisipasi donasi di seputar wilayah kecamatan syiah kuala dengan statusnya Pengusaha. Cukup terpandang memang di masa mereka mendiami rumah yang baru saja dibangun dengan pondasi menakjubkan.

Tak berapa lama kemudian saat mobil Taft berseliweran di tengah kota, tibalah mereka di sebuah taman persis di sebelah Alun-Alun mesjid Raya Baiturrahman yang megah. Taft itu mencari parkiran yang masih kosong di jam puncak senyuman cahaya mentari sore. Menyinari rerumputan hijau, berbinar menjadi dataran taman bermain semarak ayoman pepohonan tinggi si buah asem. Ramai permai nuansa kota dan si keluarga tertawa meriah, memutari jejak merekam pertumbuhan anak anak yang masih balita.

Rupanya hari libur itu digunakan Sosok orang aceh memanjakan anak mereka dengan wahana taman nan sari. Lekukan pelosotan, box tiang berlubang, ayunan, dan bantaran rerumputan hijau menjadi tempat terbaik pilihan seorang seperti Yasir membahagiakan ketiga putranya.

Keriuhan suasana keluarga tidak diciptakan di sana saja. Dengan puluhan pengunjung yang hadir. Pernak pernik pencari rezeki juga ikut hadir memeriahkan sore itu. Terompet, balon, topeng, layangan dan mainan kayu atau atom yang menyerupai hewan lucu juga dijajal untuk menambah warna warni keceriaan.

Pun tak terkecuali dari ketiga anak Yasir, Rizki, Doni dan Reza.

Ketiga anak yang dibilang memiliki karakter sangat berbeda diantaranya, Rizki dengan panggilan Kiki. Si sulung itu sangat aktif dan gemar bertanya segala yang ditemui. Rambutnya yang lurus berponi sering menjahili adiknya Reza yang paling kecil saat itu. Wajar saja reza yang memiliki badan tipe montok memang mudah terpancing emosi dan air mata. Berbeda dengan Doni yang lebih suka diam dan mengamati, juga mengikuti kiki menjahili Reza atau menginginkan apa yang Kiki miliki.

Seraya tertawa, Kiki mengejek reza di atas Bak tinggi yang tepat di depannya memanjang lekukan media peluncuran yang disebut pelosotan. Reza histeris ingin berada di sana dan doni sedang berusaha menggapai satu persatu anak tangga di belakang Kiki, berfantasi seolah sembari aliran peluh bercak menaiki tangga tembok china.

Saat Kiki meluncur gesit ke bawah hingga menyentuh rerumputan, sumringah Ikut tawanya seorang Ayah yang mengakui bangganya. Walau Nurbaiti sempat menghela nafas akhir rasa khawatirnya. Dan Reza menutup mata tanda melepas dahsyat kucuran air tangis seorang anak yang masih balita.

Mata Doni tampak tajam melihat arah sekitar. Kakaknya Kiki sudah tidak ada. Pikirnya sudah maju ke babak permainan selanjutnya. Terlihat Nurbaiti melambai tertuju pada Doni karena khawatirnya Doni tidak bisa seperti Kiki atau hanya sama saja juga akan membuat Nurbaiti takut.

authenticmentoring.wordpress
 Lahirnya Putri pertama - Part I

Sungguh Acara Tamasya taman kota yang amat mengesankan.

Beberapa bulan kemudian atau genap setahun, Yasir mengajak reza ke rumah sakit Harapan Bunda, Banda Aceh, untuk menengok Ibunya yang baru saja melahirkan. kedua anak lainnya saat jam sekolah hanya tahu bahwa sepulangnya belajar, mereka akan segera bertemu sosok adik baru. Untuk pertama kalinya seorang cewek.

Reza diminta ibu dan ayahnya untuk memberikan nama yang cocok kepada adiknya. Nama di pertama sudah diberikan ayahnya. Untuk mencari nama bagian belakangnya Reza berfikir keras seperti saat ia berfikir cara memakai dasi atau kaos kaki setiap pagi. 

"Febrina", teriak reza. "Fitra Febrina", berulangkali membuat Ayah dan ibunya sumringah dan saling bertatap mata. Cinta baru tumbuh di hari itu. Teriak tangis bahagia dari si bayi Fitra mengisi hari itu. Reza terlihat bangga dan berputar ke sana kemari tanda ia melakukan pekerjaan besar.



 ……Bersambung…..

0 komentar:

Posting Komentar

 
Toggle Footer