Popular Post
Loading...
Senin, 09 September 2013

Halo Halo Bandung, Apa kabar Doni Daroy?

10.54

Menulis kisah ini sepertinya tidak mudah bagiku. Namun dengan semangat beliau. Aku kembali ditularkan gejala demam berkarya, menulis kabarku dalam sebuah pertualangan, persinggahan dan sebuah perantauan.

Hari itu aku berjalan-jalan bersama seorang teman, namanya Ferhat (Abang sesepuh FLP, juga pemilik website www.Ferhatt.com). Penggemar traveling, yang baru saja pulang dari Munas FLP di Bali ini ternyata menyukai berada di kota baruku. Di sini, ia kutemani pergi ke tempat-tempat wisata alam yang sangat eksotis. Dari mulai Punclut, Tangkuban perahu, Bosscha, Dago, dan tempat lainnya.

Bosscha Lembang, Bandung
Dari sekian tempat yang telah kami pergi, daerah yang membuatku lumayan tergugah adalah Bosscha yang terletak di kota Lembang, Bandung Utara. Gedung beratap bundar ini, tempat dimana sederet gugusan bintang dapat diobservasi dengan alat yang tersedia. Perkarangan yang terawat di sekitar Bosscha juga tak kalah meneduhkan hati melalui pemandangan diatas ketinggian 1.310 dari permukaan laut. Dataran tinggi yang indah menjadi tempat tujuan para pecinta alam, penikmat ilmu pengetahuan astronomi, dan juga pecinta fotografi.




Selain tempat-tempat atraksi wisata alam, tempat perbelanjaan pun tidak lupa aku sodori kepada bang Ferhat. Cihampelas salah satunya. Tempat yang menyediakan pakaian-pakaian khas Bandung ini, sudah tidak asing lagi bagi wisatawan dari dalam negeri maupun luar negeri.

Waktu berbelanja bagi bang Ferhat memang tidak cukup bila dilakukan dalam waktu sehari. Beberapa hari selanjutnya, untuk kedatangan yang kedua kalinya, yang pada akhirnya bang Ferhat mengambil dua barang yang disukai. Toko yang beruntung malah bukan dari jalan Cihampelas tadi. Letaknya di daerah jalan Dago, toko pakaian khas produksi kota ini bernama Level.

Perjalanan ada kalanya berbau dengan mistis. Ya, tempat yang berbau dengan hal-hal ghaib pun sempat kami temui. Bukan hanya bang Ferhat saja, Aku sendiri bahkan belum tahu bahwa Kebun Binatang kota Bandung ternyata menyimpan hal-hal mistis. Lho? Bagaimana bisa?

Kebun Binatang Bandung
 Jam masuk yang tersisa hanya beberapa puluh menit lagi. Tepat pukul 17.10 WIB, Aku dan bang Ferhat bela-bela membeli karcis seharga 15 ribu rupiah untuk masuk dan melihat keindahan rupa hewan-hewan yang tersimpan di kebun itu. Taman penakaran dan wisata yang luas ini dihuni oleh hampir seluruh binatang-binatang yang asalnya dari beberapa daerah bahkan luar negeri. Pertama kali masuk kegerbang utama, kami langsung berjumpa dengan hewan unggas yang indah berwarna merah dan hijau. Lupa namanya. Hadeuh..



Tidak jauh dari sangkar burung tersebut, ada beberapa jenis unggas lainnya seperti flamingo dan tekukur yang memili keindahan menawan. Selain itu, Ada gajah, jerapah, kuda, malah Unta pun hidup di sana.


Sebelum menjelang maghrib, kami pun langsung merasakan sejumlah hawa yang berbeda di halaman habitasi hewan-hewan ini. Pohon-pohon tinggi, menutupi sebagian layar langit di atas kami. Suara-suara jeritan hewan, jangkrik yang tak terlihat, dan sesekali ngauman hewan predator pun kami dengar. Jadilah kebun ini terasa menyerupai lokasi uka-uka.


Setelah dua hari aku menemani bang Ferhat ke sana-kemari. Walau sebelumnya kubawa ke tempat-tempat jauh, namun sengaja kali ini hanya dalam radius 1 Km. Aku mengajaknya jalan jalan di sekitar tempat kosku, di tengah-tengah kota Bandung, dekat dengan pasar baru dan stasiun KA. Bang Ferhat malah semakin membuka mata selebar mungkin, mengetahui bahwa kos-kosanku berada di dekat jalan-jalan perkotaan ternama di kota Bandung, bahkan bagi negeri ini sendiri. Jalan yang menyimpan sejarah kota kembang ini maupun sejarah kemerdakaan Negara Indonesia. Seperti Jalan Asia-Afrika, Jalan Braga, Jalan Sudirman, dan jalanan Otto Iskandar Dinata.



Nantikan langkahku dalam insting selanjutnya, untuk mengenal lebih dalam jalanan kota kembang ini.

Setelah 3 hari menjengukku. Kini untuk ke sekian kali waktunya berpisah dengan si abang sesupuhku. Seorang abang yang dekat dalam ikatan Forum Lingkar Pena (FLP) Aceh. Semoga saja nanti akan muncul di kota ini, seorang teman lainnya, yang ingin menjenguk dan ikut menelaah perjalanan ke tempat-tempat seperti di atas.

6 komentar:

 
Toggle Footer