Popular Post
Loading...
Senin, 09 September 2013

Kedatangan Domestik (Jejak Awal Di Kota Kembang)

10.19
Bandara Husein S. Bandung
“Cap, Runway twenty nine clear,” laporan dari pusat informasi tower membuat captain pilot boing 747 membalikan arah pesawat menuju batas runway bandara.

“Runway clear, thank you”

Zzzzzzzzhhhsssshhhhh…

Bandara yang luas di sebuah kota kembang mulai basah oleh rinai hujan sedari tadi. Aku masih berada di dalam bilik pesawat menerawang perpisahan bersama keluarga beberapa jam lalu, tepat di bandara Sultan Iskandar Muda (SIM), di kota tanah kelahiran.

Di atas ketinggian beberapa ribu kaki, pesawat yang berwarna merah dan putih ini, sedikit terguncang oleh gemuruh hujan ditemani awan tebal.

Pesawat terguncang hebat saat mendekati lokasi bandara husein sastanagara. Konfirmasi dari pos AMC (Appron Movement Control) dan tower menegaskan kepada captain untuk menunda landing di runway yang licin. Berkali kali penumpang harus menggenggam kursi dan tali sabuk pengaman.

***

“Ji, aku udah sampai di bandara.”

“Oke Doy, tunggu di depan tangga pesawat” Balasan sms dari seorang teman yang telah lama bekerja di bagian Aviation Security (AVSEC) bandara Husein S. Bandung.

“Hah? Maksud lo ji?”

“Tunggu aja.. aku jemput naik mobil,” jawabnya.

Melihat penumpang lain, sedikit menorehkan senyum. Bagaimana tidak, aku dijemput oleh temanku itu dengan sebuah mobil yang biasa digunakan seorang petugas bandara bila ada masalah di sekitaran appron atau pintu parkiran pesawat di bandara. Aku masih tak menyangka kalau guyuran hujan lebat bahkan hanya singgah di permukaan jacketku, sedangkan penumpang lain harus menerima masing-masing payung untuk sampai ke dalam gedung.

Untuk pertama menginjak kota Kembang, begitu biasa kota Bandung disebut, untuk pertama kalinya juga aku masuk dengan cara akses yang khusus atau bisa dibilang lumayan eksklusif. Temanku yang bekerja di bandara tidak hanya Aji. Namun, ada Wawan, teman sesama putra Aceh yang juga bekerja di di divisi yang sama dengan Aji, dan sekarang dekat dengan rekan kerjanya Mega. Ups bongkar! 

Doni, Wawan, Aji, Randy
Perbedaan demi perbedaan mulai terasa di kota yang hampir keseluruhannya merupakan dataran tinggi. Hawa sejuk kian menyelinap masuk hingga kulitku, meski sudah memakai selimut baju. Kini, tinggal bagaimana aku mengantisipasi dan beradaptasi dengan segala situasi. Asiiiiii…k. Ikuti langkahku dari awal lagi, seorang anak rantau dalam perjalanan menemukan bayangan masa depan.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Toggle Footer