Popular Post
Loading...
Rabu, 29 Juli 2015

Senyum Angin - Smile Winds

14.04


Sebaik-baiknya rangkaian warna oval simetris, ialah senyumanmu.


Melalui sebuah bahtera, kulabuhi perjalanan panjang demi mencoba melawan kenangan. Waktu berbeda tak kusebutkan selain teringat masa-masa. Mengagumi senyum-senyum indah lain tak mampu mengelabui penilaianku atas indahnya milikmu seorang wanita.

Senyuman menawan dapat memerangkap satu manusia dalam dimensi waktu. Hanya satu hari itu, Terpancarlah sinar mentari begitu redup menerangi lapangan hijau. Pertandingan bola seakan luput oleh mataku yang terperangah satu sosok. Awalan terciptanya takdir dalam satu perjanjian selanjutnya .

Bertahun kemudian. Musim media sosial naik di lingkungan. Kepercayaan pada media itu mempertemukanku dengan pemilik senyuman menawan. Ya, wanita di masa itu. Keberanian naluri mencari hingga kucoba lebih dekat dengan saran pesan. Basa basiku menyapa. Setidaknya waktu hampir kuhabiskan dalam sebuah warna cerah di hari hari itu. Karena kagumku pada sosok manis berbalutan gamis.

Keberanianmu belajar di sebuah desa bahasa asing juga membuatku terpana. Desa itu pula kuyakin berisikan bunga-bunga. Setidaknya juga dugaanku tanaman lain di sana ikut terpesona oleh senyuman menawanmu.

Walau tak ada bahasa dalam ungkapan satu rasa. Namun gengsiku kalah untuk terus meyapa, bertanya, atau hanya mengucap sebuah sapaan kata selamat. Instingku berupaya mengenali aktifitas hari-harimu, hingga semakin teguh hati dan yakinlah bahwa senyuman itu semakin mewarnai hari-hari.

Serangkaian kata kuupayakan melewati tautan jarak ratusan miles. Kemudian sampai dimana hari dalam perjanjian bertemu dirimu. Tepat pada momen kepulanganku. Bayangan nyatamu benar saat itu, Matamu terbaik malam itu, simetrisnya siku bibirmu membuat jantungku hebat, sontak seraya berjumpa denganmu. Berada di sampingmu.

***

Kau terbaik untukku.


Takdir tak cukuplah mengandung makna layak untukku. Walaupun rasa seolah tak cukup semalam kita bertemu. Kuberanikan menelponmu mengajak waktu kedua kali bertemu. Saat itu kugapai alamatmu. Jerih payah yang terbayar merekam senyuman bahkan tak kuduga tawamu memancari indah lewati pandangku. Mungkin tak elok bila khayalku melayangkan kucingmu menjadi sesuatu yang kuharapkan lahir dalam wujud berbeda. Hiperbolakah aku bila itu anakku dan kamu.

Kesenangan itu jelas mempertajam bathinku. Melepasmu pergi ku tak mampu. Hanya dua kalinya waktu bertemu tak cukup bagiku. Mesin raga membawaku menyusulmu. Tak kulepas egoku, membelah waktu pun aku mau. Untuk menyelamatkan rasa padamu, Takdir lah lagi-lagi menuntun dirimu berpeluh melalui jalan setapak tepat di hadapanku. Waktu itu dirimu menjauh tanpa senyuman padaku. Bathinku seakan meronta. Tekad bulatku naik hingga meledakkan gengsi mengajak bertemu. Sarafku mentitah kaki berjalan ke tempatmu. Demi momen terindah hari itu.

***

Malam itu adalah segalanya.


Desikan ombak pantai, hembusan angin, dan bisikan pasir terbungkus dalam obrolan dua jenis manusia. Betapa leganya hati mencurahkan segala isinya. Betapa hebatnya malam itu visi misi bersatu. Sampai kutahu bahkan responmu kaku seolah tak percaya. Namun itulah adanya.

Rayuan literasi adalah fakta curahan isi hati. Aku menyukaimu, mengagumi senyumanmu, dan menginginkan dirimu. Kau terindah, bagiku. Hanya tak cukup membuatmu membalas kata-kata sapaku, bertanya balik tentangku, mengakui hadirku dalam hari-harimu.

Sadar tak sehebat itu, Sadar tak cukup menaklukkan hatimu. Setakluk sabang meluluhkan waktumu, Setakluk negara dalam visi-misimu, Setakluk nyamannya mereka sahabatmu, Setakluk seseorang yang dulu pernah melukaimu. Namun, Selemahnya diriku sebagai manusia, Takdir dan waktu setia sebagai sahabatku. Jawaban balik untukku demi mengagumi senyuman itu. Dan yakinku kembali bertemu dirimu.

Bandung
Inspired by : The Real -  Terbaik

2 komentar:

  1. 😊 kamu menulis ini dengan hati, rayuan yg indah sekali, Don. Tulisan yg bagus sekali, Don.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih raski.. Terkadang ga bisa nolak kalau inspirasi menghampiri.. Tulisan ini hanya sebilah pedang tumpul dalam peti. :)

      Hapus

 
Toggle Footer