Popular Post
Loading...
Selasa, 02 April 2013

Galau Menerang Malam Badar

14.16

In the end, only kindness matters
In the end, only kindness matters (Photo credit: SweetOnVeg)
Dua Jam sebelum Pertandingan antara dua tim bola ternama, Barcelona melawan PSG.  Badar seorang pecinta bola yang hanya pada level setengah jiwa, berada di sekeliling teman-temannya berkumpul bersama menunggu munculnya siaran TV tempat berlangsungnya Big Match.


Badar yang keluar dari rumah sebelum ia berkumpul bersama temannya, membela-bela untuk tidak makan malam walaupun waktunya memang sangat telat disebut sebagai waktu makan malam biasanya, 22.00 WIB. Sesampai tibanya Badar di salah satu warung kopi di tengah kota, ia merasakan hawa dingin menekan raganya juga menggerogol perutnya seketika. Alhamdulillah saat itu, temannya Ibal sangat baik hati membawa sebuah nasi yang seharusnya disantap untuk sendiri. Namun, permintaan pembagian atas pangan saat ini telah menjadi trend atas kesepakatan yang rumit, yang dilalui sebelumnya oleh mereka teman-teman Badar.

***
Jam menunjukkan pukul 00.00 WIB. Badar tengah mengulik-ngulik dunia maya melalui laptopnya. Teman-teman Badar sedikit lelah menunggu pertandingan yang masih sekitar dua jam lagi dimulai. Suasana semakin gelap mencekam oleh sebab segerombolan makhluk berterbangan di sekeliling kaki mereka, tak lain tak bukan ialah Nyamuk, Tiba-tiba.

“Klak. Bleessssshh.. Zrrrrrrrrrrkk”. (Isyarat bunyi mati lampu).

Benar-benar malam yang sangat rizkan akan munculnya virus kegalauan bagi segelintir mahasiswa tingkat akhir, seperti Badar dan teman-temannya. Tak hanya sebab mereka adalah mahasiswa akhir, namun oleh sebab perkembangan atas isu-isu pemerkosaan akhir-akhir ini, maraknya bisnis haram yang kontroversial diberitakan, maraknya produk unggulan baru dari produsen smartphone atau tablet, juga atas beragam isu lainnya yang ditelan suasana sunyi yang risih akan kericuhan obrolan mereka ditengah-tengah kegelapan bumi. 

Begitulah awal pemicu kegalauan Badar dan sejajaran temannya di meja panjang warung kopi di malam hari, sebagai wakil pemuda yang menjiwai kesengsaraan korban atau pelaku dari berbagai masalah-masalh tadi.

“Kenapa di saat aku galau harus mati lampu?”. Ibal berteriak sambil menganga tepat di depan halaman situs jejaring sosial mantannya, ia tak sadar mengumbar kegalauannya dengan kicauan yang nyaring.

“Kenapa di saat aku sedang memasang taruhan bola atas poin PSG juga harus mati lampu?”. Sahut teman Badar lainnya di sudut meja sambil memegangi sebuah tablet mahal , yang dibelinya dengan kemenangan judi bola jauh sebelumnya.

Badar pun tak mau kalah mencoba berkicau di tengah kegelapan malam. “Putus asa itu memang lebih baik daripada putus lampu”. “Putus  lampu itu memang lebih baik daripada putus cinta”. “Namun, putus asa berharap cinta Tuhan yang Maha Esa itu baru CELAKA ”.

Teman-teman Badar mencoba menimpalinya dengan perkataan “Ustadz pun telah berkata, Yeee..LOL”. Suasana pun menjadi semakin riuh melawan eksistensi sunyi.

Sebagai manusia yang hanya menyampaikan makna dari sebuah analisa, merasa tidak cukup berhak untuk menyangkal celotehan temannya itu atas dasar tujuan baik. Badar hanya berharap teruntuk hidup teman-temannya, “Indah itu pada waktunya”.


-Bersamsung *Smartphone Fever*-

Enhanced by Zemanta

1 komentar:

 
Toggle Footer